Minggu, 30 November 2014
Minggu, 23 November 2014
makalah Kompetensi Sosial "maklah Ilmiah"
KOMPETENSI SOSIAL
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : METODOLOGI PEMBELAJARAN
Yang diampu oleh: Dra.
Muntholi’ah, M. Pd
Disusun Oleh:
Sintia Ayu Rahmawati
(123911101)
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Standar kompetensi merupakan sebuah
terobosan yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan yang
berusaha untuk memberikan gambaran mengenai hal-hal yang harus dimiliki oleh
seorang guru yang berujung untuk meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di
Indonesia dengan meningkatkan keprofesionalitasan guru atau pembimbing. Dan hal
ini telah tercantum dalam undang-undang guru dan dosen yang menyebutkan
bahwasanya seorang guru harus memiliki 4 kemampuan atau kompetensi diantaranya
kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian, bahkan ada rumusan
yang lebih banyak lagi dengan menambahkan dengan kompetensi leadership yang
tentunya bagi kita mahasiswa jurusan keguruan haruslah dapat memahami dan
memiliki kelima kompetensi tersebut sebelum kita benar-benar menjadi seorang
pendidik.
Bagaimana kompetensi-kompetensi
tersebut dijelaskan, dalam makalah ini penyusun akan mengulas dan menjelaskan
salah satu kompetensi tersebut yaitu kompetensi sosial yang berkaitan dengan
sebenarnya apa hakikat dari komptensi sosial itu sendiri, kemudian apa
indikator-indikator yang terdapat dalam kompetensi sosial tersebut, bagaimana
cara menumbuhkan kompetensi sosial ini dan mengingat kita sebagai mahasiswa
jurusan pendidikan dan keguruan haruslah dapat menumbuhkan kompetensi sosial
ini dalam diri kita masing-masing.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat kompetensi sosial.
2. Untuk memahami seberapa penting kompetensi sosial bagi seorang guru maupun
sekolah.
3. Untuk memahami indikator-indikator yang terdapat dalam kompetensi sosial.
4. Untuk
mengetahui cara menumbuhkan kompetensi sosial bagi calon pendidik maupun
pendidik itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Kompetensi Sosial
Sebelum kita
masuk lebih dalam lagi mengenai apa makna dari kompetensi sosial ada baiknya
kita pahami terlebih dahulu makna kompetensi sosial dari segi susunan katanya, kompetensi sosial tersusun dari 2 kata yaitu kompetensi dan sosial,
kompetensi dapat diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
dari seorang tenaga profesional. Kompetensi dapat juga dipahami sebagai
spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang
serta penerapanya dalam pekerjaan, sesuai dengan setandar kerja yang dibutuhkan
oleh masyarakat atau dunia kerja.[1][1] Sedangakan
kata sosial berasal dari kata socio yang artinya
menjadikan teman dan secara terminologis sosial dapat dimengerti sebagai
sesuatu yang dihubungkan, diakitkan dengan teman, atau masyarakat.[2][2]
Kompetensi sosial sendiri dapat
dimengerti sebagai kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.[3][3] Hal tersebut diuraikan dalam RPP
tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1. Berkomunikasi
secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik.
4. Bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar.
Dalam
kompetensi sosial ini terdapat sub kompetensi, diantaranya adalah: seorang guru
harus mampu bergaul secara efektif dengan peserta didik, mampu begaul secara
efektif dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang lain, dan yang terakhir
adalah mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitanya.[4][4]
Dalam
kompetensi sosial jelaslah seorang guru dituntut untuk dapat berkomunikasi
dengan baik tidak hanya sebatas pada peserta didik yang menjadi bagian dari
proses pembelajaran didalam kelas dan sesama pendidik yang merupakan teman
sejawat dalam dunia pendidikan namun juga seorang guru harus dapat
berkomunikasi dengan baik dengan tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat
sekitar yang juga bagian dari lembaga pendidikan yang seharusnya saling bekerja
sama untuk dapat menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar dan
mengajar, serta dapat terjalinya kantinuitas antara apa yang diajarkan dalam
kelas dapat diterapkan dan dipelajari kembali dalam lingkup keluarga dan
masyarakat demi tercapainya tujuan pendidikan.
Pentingnya Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sangatlah penting dan harus dimiliki oleh seorang guru
selain 4 kompetensi yang lainya yaitu kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, dan lidership. Kompetensi ini diangap sangat penting dan harus
dimiliki oleh seorang guru karena guru itu sendiri merupakan bagian dari sosial
(masyarakat) diamana masyarakat sendiri adalah konsumen pendidikan sehingga mau
tidak mau baik guru maupun sekolah harus dapat berkomunikasi dengan baik dan
efektif dengan masayarakat, jika tidak maka sekolah ataupun guru yang tidak
dapat berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat cenderung untuk ditinggalkan,
mengingat bahwasanya lembaga pendidikan dan guru sebagai wadah untuk dapat
mempersiapkan seorang peserta didik sebagai anggota dari masyarakat yang baik
dan dapat mengahadapi permasalahan yang akan datang.
Al-Ghazali memandang bahwasanya guru
mengemban tugas sosiopolitik yaitu guru memiliki tugas untuk membangun,
memimpin dan menjadi teladan yang menegakan keteraturan, kerukunan, dan
menjamin keberlangsungan masyarakat Oleh karena itu seorang guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, dan
disiplin.[5][5] Berkenaan dengan tanggung jawab guru harus mempertanggung jawabkan segala
tindakanya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat,
berkaitan dengan wibawa seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara
mandiri terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran, serta
bertindak sesuia dengan kondisi peserta didik dan lingkunganya.
Indikator
Kompetensi Sosial
Menurut
Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat empat indikator untuk
menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu:[6][6]
1. Bertindak objektif serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di
seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas
profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Berdasarkan
uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator: interaksi
guru dengan siswa, interaksi guru dengan kepala sekolah, interaksi guru dengan
rekan kerja, interaksi guru dengan orang tua siswa, interaksi guru dengan
masyarakat.
Komunikasi Sebagai Inti Kompetensi Sosial Guru
Hal yang paling penting dalam kompetensi sosial ini adalah komunikasi,
karena inti dari tindakan sosial itu sendiri adalah komuinikasi atau interaksi.
Dalam kompetensi sosial ini seiorang guru dituntut untuk melakukan komunikasi
yang efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/ wali murid, dan
masyarakat sekitar. Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan bergaulsecara efektif baik di
lingkungan sekolah maupun masyarakat, ketujuh kompetensi tersebut ialah:[7][7]
1. Memiliki
penghetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2. Memiliki
pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3. Memiliki
pengetahuan tentang inti demokrasi.
4. Memiliki
pengetahuan tentang estetika.
5. Memiliki
apresiasi dan kesadaran sosial.
6. Memiliki
sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7. Setia
terhadap harkat dan martabat manusia.
Adapun
hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam kompetensi sosial seorang
guru adalah:
1.
Audience
atau sasaran komunikasi maksudnya dalam berkomunikasi hendaknya memperhatikan
siapa sasarannya, apakah orang berpendidikan atau tidak, apakah masyarakat umum
atau pejabat, apakah siswa atau kepala sekolah, apakah siswa SD atau siswa SMA
dan sebagainya. Dengan mengetahui
karakteristik sasaran maka sang komunikator pun bisa menyesuaikan gaya dan
“irama” komunikasi menurut karakteristik sasaran. Berkomunikasi dengan siswa SD
tentu berbeda dengan siswa SMA misalnya.
2. Behaviour
atau perilaku maksudnya perilaku apa yang diharapkan dari sasaran setelah
berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya seorang guru sejarah sebagai
komunikator ketika sedang berlangsung dan setelah selesai menjelaskan Peristiwa
Pangeran Diponegoro, perilaku siswa apakah yang diharapkan. Apakah siswa
menjadi sedih dan menangis merenungi nasib bangsanya, apakah siswa mengepalkan
tangan seolah-olah akan menerjang penjajah Belanda, apakah siswa santai-santai
saja asal tahu peristiwanya. Hal ini sangat penting berkait dengan keberhasilan
komunikasi guru sejarah tersebut.
3. Condition
atau kondisi dalam kondisi apa sasaran ketika komunikasi sedang berlangsung.
Misalnya ketika guru Matematika mau menjelaskan rumus-rumus yang sulit harus
tahu kondisi siswa, apakah sedang gembira, sedang sedih, sedang lelah habis
olah raga, sedang kantuk karena semalam ada acara. Dengan memahami kondisi
seperti ini akan berhasillah komunikasi yang disampaikan oleh guru karena
menjelaskan rumus yang sulit dalam situasi siswa sedih tentu berbeda dengan
gembira.
4. Degree atau
tingkatan maksudnya sampai tingkatan manakah target bahan komunikasi yang harus
dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Misalnya saja ketika seorang guru Bahasa
Inggris menjelaskan kata kerja menurut satuan waktunya, past tense, present
tense dan future tense, berapa jumlah minimal kata kerja yang harus dihafal
oleh siswa pada hari itu; apakah 10, 20, 30, 40, atau 50 kata kerja. Jumlah
minimal kata kerja yang dikuasai oleh siswa sekaligus dapat dijadikan sebagai
alat ukur keberhasilan guru Bahasa Inggris dalam mengajar atau berkomunikasi,
kalau tercapai adalah berhasil, sebaliknya kalau tidak tercapai adalah tidak
berhasil.
Cara Mengembangkan Kompetensi sosial
Kemasan pengembangan kompetensi sosial untuk guru, calon guru (mahasiswa
keguruan), dan siswa tentu berbeda. Kemasan itu harus memerhatikan karakteristik
masing-masing, baik yang berkaitan dengan aspek psikologis maupun sistem yang
mendukungnya. Untuk mengembangkan
kompetensi sosial seorang pendidik, kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi
kompetensi ini. Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep
life skills. Dari 35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapat
dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial, yaitu:[8][8]
1. Kerja tim 11.
Toleransi
2. Melihat peluang 12.
Solusi konflik
3. Peran dalam kegiatan kelompok 13. Meneria perbedaan
4. Tanggung jawab sebagai warga 14. Kerjasama
5. Kepemimpinan 15.
Komunikasi
6. Relawan sosial
7. Kedewasaan dalam berelasi
8. Berbagi
9. Berimpati
10. Kepedulian kepada sesama
Kelima belas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik. Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan
dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan
masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah
antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan
langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan
metode pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan dapat
mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga mereka
menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut
memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Hal
tersebut diuraikan dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki
kompetensi untuk: Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional, bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Dalam kompetensi
sosial ini terdapat sub kompetensi, diantaranya adalah: seorang guru harus
mampu bergaul secara efektif dengan peserta didik, mampu begaul secara efektif
dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang lain, dan yang terakhir adalah
mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitanya.
Kelima belas kecerdasan hidup dapat dijadikan topik silabus dalam
pembelajaran dan pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon
pendidik. Topik-topik tersebut dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang
dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan
kehidupan masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan
sekolah antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran,
kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Jika
kegiatan dan metode pembelajaran tersebut dilakukan secara efektif maka akan
dapat mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga sekolah, sehingga
mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan ikut
memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi
Pendidikan. Jakarta:Prenada Media.
E.Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Farida Sarimaya. 2008. Sertifikasi
Guru. Bandung:Yrama Widya.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum KTSP.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudarwan Danim. 2011. Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta:Prenada media.
www.gamadidaktika.com (Diakses pada 20 Oktober 2012) pukul 19.30
[4][4]
Kunandar.Guru Profesional Implementasi
Kurikulum KTSP.(Jakarta: Raja Grafindo Persada.2007).Hal.77
Langganan:
Postingan (Atom)