Selasa, 28 Oktober 2014

mata kuliah evaluasi

Nama : Sintia Ayu Rahmawati
Nim : 123911101
Kelas : PGMI – 4C
QUIZ
Soal :
1. Instrumen tes sebagai alat ukur kemampuan peserta didik disusun dengan mempertimbangkan banyak faktor untuk diperoleh instrumen yang bisa mengukur apa yang semestinya diukur, uraikan faktor dimaksud dan mengapa demikian?
2. Kita mengenal ada beberpa model evaluasi di antaranya adalah model Kesesuain (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, and Lee J.Cronbach), mengapa dinamakan model kesesuaian dan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh pada model ini?
3. Penilaian berbasisi portofolio (portfolio-based assessment), saat sekarang menjadi alternatif model pendekatan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, apa yang dimaksud dengan penilaian portofolio dan uraiankan secara detail penilaian portofolio?
4. Taksonomi Bloom memberikan inspirasi kepada untuk menyusun instrumen tes pada tiga (3) ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor jelaskan tiga (3) ranah dalam Taksonomi Bloom sebagai dasar penyusunan instrumen tes?
5. Tabel spesifikasi merupakan pedoman dalam menyusun instrumen tes, buatkan tabel spesifikasi dengan data sebagai berikut; jumlah soal 120 materi ada 6 BAB dengan prosentase BAB I: 10% II: 5% III: 15 IV: 25 V: 30 VI: 15%. Kemudian kompetensi kognitif 40% afektif 35% dan psikomotor 25%.

Jawab :
1. Instrumen / alat ukur yang baik yaitu alat ukur yang mampu mengukur kemampuan pesera didik, termasuk di dalamnya mampu membedakan peserta didik yang pintar/kurang pintar.
Ada banyak faktor yang dipertimbangkan untuk memperoleh instrumen yang baik. Secara sederhana, Zainal Arifin mengemukakan instrumen evaluasi yang baik adalah :
1. Valid : Suatu alat yang dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat. Misalnya alat ukur fiqih, harus betul-betul hanya mengukur kemampuan siswa dalam pelajaran fiqih.
2. Reliabel : Alat ukur dikatakan reliable atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (konsisten). Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok pesrta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada siswa yang akan datang hasilnya mendekati sama.
3. Relevan : Alat ukur yang digunakan harus sesuia dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-test.
4. Representatif : Materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan materi tes. Representatif = keterwakilan.
5. Deskriminatif : Alat ukur harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, semakin mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur diskriminatif / tidak, didasarkan uji daya pembeda khusus.
6. Spesifik : Alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi dan spekulasi.
7. Proporsioanal : Suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah.
Karena, instrument evaluasi yang baik apabila, alat ukur ini berfungsi sebagaimana mestinya dan mampu mengukur prestasi peserta didik.

2. Model kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carol, and Lee J.Cronbach), dinamakan model kesesuaian karena menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi dapat Anda gunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) pada akhir kegiatan pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Teknik evaluasi yang dapat Anda gunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan perbuatan), tetapi juga non-tes (observasi, wawancara, skala sikap, dan sebagainya). Model evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua tahap, yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan konsep ini, Anda perlu melakukan pre and post-test.
- Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini adalah :
1. merumuskan tujuan tingkah laku (behavioural objectives),
2. menentukan situasi dimana peserta didik dapat memperlihatkan tingkah laku yang akan dievaluasi,
3. menyusun alat evaluasi,
4. menggunakan hasil evaluasi.
Oleh sebab itu, model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan (PAP).

3. Penilaian Portofolio
Portofolio dapat dipandang sebagai suatu proses sosial pedagogis, yaitu sebagai collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotor) maupun sikap dan nilai (affective). Artinya, portofolio bukan hanya berupa benda nyata, melainkan mencakup “segala pengalaman batiniah” yang terjadi pada diri peserta didik. Portofolio juga dapat digunakan oleh peserta didik untuk mengumpulkan semua dokumen dari ilmu pengetahuan yang telah dipelajari, baik di kelas, di halaman madrasah atau di luar madrasah.
Mengingat cara-cara penilaian selama ini terdapat banyak kelemahan, maka sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, diperkenalkan suatu konsep penilaian baru yang disebut “penilaian berbasis kelas” (classroom-based assessment) dengan salah satu model atau pendekatannya adalah “penilaian berbasis portofolio” (portfolio-based assessment), yaitu suatu model penilaian yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mengungkapkan dan menilai peserta didik secara komprehensif, objektif, akurat, dan sesuai dengan bukti-bukti otentik (dokumen) yang dimiliki peserta didik.
Popham (1994) menjelaskan “penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu”. Dalam sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masing-masing peserta didik, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama mengikuti proses pembelajaran.
Tujuan Penilaian portofolio :
untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat. Rapor merupakan bentuk laporan prestasi peserta didik dalam belajar dalam kurun waktu tertentu. Portofolio merupakan lampiran dari rapor, dengan demikian rapor tetap harus dibuat.
4. Taksonomi Bloom
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)